Model PK2 Maba dan Krima di PTIIK UB
Ospek (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) sudah berlangsung lama di Indonesia, dan tidak bisa dipungkiri kegiatan ini yang dari sisi konsep sudah bagus tetapi dalam implementasinya dengan alasan pembembentukan karakter, kedisiplinan, pembentukan calon mahasiswa yang tidak cengeng dan tangguh sering disalahgunakan dengan tindakan kekerasan. Meskipun dengan bergulirnya reformasi di Indonesia dengan aksi demo untuk menentang dominasi militer di pemerintahan tetapi ternyata dalam hati terdalam menyukai cara-cara militer bahkan
melebihi apa yang ada di militer terutama jika sedang berada diposisi senior. Bahkan lebih dalam mereka menganggumi aksi-aksi seperti militer. Cara kekerasan ini akhirnya menjadi sesuatu yang membudaya dan sangat sulit diubah, lebih parah lagi produk-produk perguruan tinggi ini yang akhirnya menjadi guru SD, SMP dan SMA menerapkan cara yang sama ditingkat itu. Cara kekerasan menjadi sesuatu yang lumrah.
Dari level pimpinan perguruan tinggi, dosen pendamping maupun panitia pusat sudah mengingatkan untuk tidak melakukan kekerasan baik fisik maupun mental, apalagi akhir-akhir ini tahun 2012 ada deklarasi Rektor-rektor seluruh Indonesia untuk menghindari aksi kekerasan ternyata untuk level lapangan (terutama korlab/koordinator lapangan) masih tidak berlaku. Bagi mereka yang menyukai sikap superior dan suka teriak inilah kesempatannya.
Ospek akhirnya diubah menjadi PK2 Maba (Pengenalan kehidupan kampus Mahasiswa Baru), terutama di PTN, dengan harapan tindakan kekerasan bisa ditiadakan. Ternyata hal ini juga masih saja ada kekerasan, memang tidak dalam bentuk fisik tetapi dalam bentuk intimidasi, membentak dan menganggap mahasiswa baru harus tunduk pada perintah senior. Ini terjadi ditingkat lapangan pada saat pengkondisian. Di ruang sudah tidak terjadi lagi.
Bagaimana merubah budaya ini????…
Berikut sekelumit catatan pelaksanaan PK2 Maba di PTIIK UB.
Pertama, Jika diamati karakter masyarakat sekeliling kita ternyata masih belum sportif (suka menjegal) kepentingan orang lain, tidak suka jika orang lain sukses dan suka menuntut hak daripada kewajiban dan lebih dianggap wah jika jadi pemimpin dan bisa merubah sistem. Ini sudah merajalela sampai level bawah atau level tinggi. Jika ini dibiarkan saya yakin kemajuan bersama akan sulit dicapai. Pada dasarnya manusia itu adalah makluk pribadi dan sosial. Merupakan hukum alam bahwa meskipun orang kaya yang memiliki anak buah banyak, pasti tidak akan bisa membuat anak buah akan loyal terhadapnya 100%, mungkin maksimum hanya 70% bahkan cenderung untuk mencari celah dan senang jika bos (orang kaya) tersebut jatuh. Oleh karena itu perlu dikembangkan budaya memberi/membantu atau melayani bukan menuntut. Hidup akan menjadi ringan jika sudah terbiasa saling membantu. Kita sudah sangat banyak orang yang hobinya menyuruh saja tetapi kerjaan nol. Mestinya selain latihan kepemimpinan juga perlu dilatih latihan melayani. Jika budaya ini tumbuh maka dimanapun berada alumni kita akan siap bekerjasama dengan siapapun dalam bidang kerjaan nantinya. Bukankah hasil karya besar berasal dari hasil kerjasama?. Lebih lanjut membudayakan senyum. Mengapa kok senyum?… senyum adalah shodaqah yang bebas biaya. Bahkan saat kita berpapasan dengan orang yang belum dikenal dan kita tersenyum ternyata respon orang lain juga senyum. Hidup menjadi indah thoo..?..
Kedua, membuat aturan yang jelas dan mendampinginya. Janganlah dibiarkan 100% mahasiswa yang lepas tetapi juga kasih kepercayaan kepada mereka. PK2 Maba sebenarnya sangat bagus untuk dikenalkan ke calon mahasiswa baru karena sistem akademik, keuangan dan kemahasiswaan yang berbeda dengan SMA. Mahasiswa adalah agent of change yang berjiwa idealis dan Agent of Modernizing. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa besar. Kekuatan ini jika salah arah maka akan berakibat fatal. Oleh karena itu perlu teman pendamping yang bisa sharing dengan mereka.
Saat ini masih banyak yang rancu dengan arti kedisiplinan. Disiplin masih identik dengan baris, patuh pada senior yang biasa di ranah militer. Harusnya masyarakat sipil juga bisa mendefinisikan bagaimana disiplin untuk masyarakat sipil. Disiplin terhadap tugasnya, dll. Ayoo…ada yang sudah mendefinisikan disiplin untuk masyarakat sipil. Orang sipil mestinya juga memiliki kebanggaan sebagai orang sipil seperti halnya orang militer bangga dengan statusnya.
Ketiga, Bagaimana PK2 Maba di PTIIK 2013..???..
Pk2 Maba di PTIIK dibuat pola pendampingan dengan konsep dasar adik-adik calon mahasiswa asumsi dalam keadaan bingung maka harus dibantu dengan cara menyenangkan. Seperti jika ada orang bingung mau buka rekening di Bank, maka layani mereka dengan baik sehingga calon mahasiswa akan terbentuk jiwa melayani juga untuk orang lain. Kita berharap 10 tahun atau 15 tahun yang akan datang semangat ini
yang tumbuh sehingga kehidupan kita lebih baik dan maju. Konsep “long march” yang dulunya adalah untuk mengujungi dan tahu segala fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa dikembalikan ke posisi semula. Bukan sekedar unjuk kekuatan atau “Show Force” dijalankan yang selain tidak ada gunanya juga akhirnya calon mahasiswa baru tidak tahu fasilitas kampus dan kegunaannya. Korlab (Koordinator Lapangan) yang mengkondisikan mahasiswa sebaiknya dibekali dengan sifat sabar, suka senyum dan suka membtu dengan cara yang baik atau kalau tidak bisa ya dibubarkan saja diganti dengan pendamping yang siap membantu dengan cara yang menyenangkan. Dengan demikian diharapkan PK2 Maba tepat sasaran, menyenangkan, benar-benar menambah wawasan calon mahasiswa tentang dunia perguruan tinggi, melahirkan kedisiplinan masyarakat sipil yang unik dan mahasiswa baru akan merasa rugi jika melewatkannya. Serta tidak kalah penting dengan harapan 10 tahun atau 20 tahun yang terbentuk manusia-manusia yang lebih bermartabat.
Demikian sharing saya, jika ada yang kurang sana sini mari kita evaluasi dan benahi bersama. Semoga bermanfaat.
Komentar Terakhir