Majalah Sedarlah edisi Desember 2013 mengungkapkan, DNA dalam sel bisa menampung miliaran data tentang suatu makhluk hidup. ”Kami sudah berhasil mengambil DNA dari tulang seekor mamot berbulu atau gajah purba, lalu membaca data dalam DNA itu,” kata Nick Goldman dari European Bioinformatics Institute.
“DNA itu begitu kecil, padat, dan tidak perlu listrik untuk menyimpannya. Mengirimkan dan menyimpannya pun jadi mudah.” Tapi, apakah DNA bisa menyimpan data buatan manusia? Para peneliti itu menjawab, bisa. DNA (deoxyribonucleic acid), atau asam deoksiribonukleat adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Ribuan Tahun
Para ilmuwan telah berhasil membuat DNA tiruan yang bisa menyimpan data berupa tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk kode-kode.
Ini mirip seperti alat penyimpanan data digital. Dan bela-kangan, mereka bisa membuka lagi data itu tanpa ada satu pun yang hilang. Mereka yakin bahwa nantinya 1 gram DNA buatan akan mampu menampung data dari sekitar 3.000.000 keping CD.
Data itu juga bisa awet selama ratusan bahkan ribuan tahun. Bisa jadi, sistem yang baru ini mampu menyimpan data digital yang ada di seluruh dunia. Maka, tak heran jika DNA disebut sebagai ”sistem penyimpanan terhebat yang pernah ada”. Apakah kehebatan DNA menyimpan data itu terjadi karena evolusi? Atau, apakah ada perancangnya?
DNA pertama kali berhasil dimurnikan tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif (radioactive tracers). Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: “bagaimanakah struktur DNA sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik”. Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan koleganyaJames Watson berdasarkan hasil difraksisinar Xpada DNA olehMaurice Wilkins dan Rosalind Franklin.
Komentar Terakhir