Diberitahukan bahwa :
a. Akhir perkuliahan 21 Desember 2012
b. Pekan Sunyi 24-28 Desember 2012
c. UAS 2 Januari 2012
d. Cuti bersama 24 dan 31 Desember 2012

 Sebuah Refleksi Diri. Beberapa waktu yang lalu saya mendengarkan seorang Ustadz yang berbicara tentang tingkatan seseorang dalam memahami dan menjalankan kewajiban. Beliau menyampaikan bahwa ada dua model manusia menyikapi hal ini, yaitu Pertama orang memandang kewajiban sebagai kewajiban. Orang semacam ini menjalani kewajiban sekedar menggugurkan kewajiban dan akan berusaha untuk memenuhi kewajibannya. Ada yang lebih baik yaitu memandang kewajiban sebagai kebutuhan. kita melakukan sesuatu berada di atas kesadaran bahawa kita membutuhkan. Posisi ini lebih baik daripada sekedar kewajiban. Namun jika kita cermati ada tiga hal lagi yang bisamuncul dalam kehidupan sehari-hari selain dari hal tersebut, yaitu ternyata ada model manusia yang memusuhi kewajiban bahkan jika ada orang yang menjalankan kewajiban akan dihalang-halangi. Ada juga yang acuh-tak acuh terhadap suatu kewajiban. Orang dengan model ini tidak menjalankan kewajiban tetapi juga tidak memusuhi orang yang menjalankan kewajiban. Dari semua itu ada lebih baik dan memiliki kekuatan yang luar biasa yaitu memandang kewajiban sevagai wujud rasa cinta atau suka. Jika kita menyukai sesuatu maka apapun yang kita inginkan kita kerjakan dengan sukacita. Hal ini merupakan tingkatan tertinggi dari pandangan kita terhadap suatu kewajiban. Berdasarkan penjelasan tersebut berarti terdapat 5 sikap seseorang terhadap kewajiban, yaitu: 1. Memandang suatu kewajiban sebagai wujud rasa cinta 2. Memandang kewajiban sebagai kebutuhan 3. Memandang kewajiban sebagai kewajiban 4. Memandang kewajiban secara acuh tak acuh 5. Memusuhi kewajiban Kita telaah…posisi kita dimana ya?…

Kita diciptakan oleh Alllah SWT tidak langsung kun fayakun jadi, tetapi melalui sebuah proses sehingga kita bisa berfikir dan memahami. Kita juga dianugerahi kemampuan untuk berbuat apa saja di muka bumi ini dan memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap sekitar ini, disini saya sebut sebenarnya ada wilayah Allah (Tuhan) dan ada wilayah manusia dan makluk yang lain. Misalnya ada taman depan rumah kita, secara naluriah dan tahu bahwa dengan merawat, menyirami taman kita dengan air tiap hari maka tanaman menjadi subur dan indah dan itulah tugas kita sebagai manusia. Namun bagaimana mengolah air, mendistribusikan makanan ke seluruh tubuh dan menumbuhkan tiap waktu, berapa centimeter tumbuhnya, kita tidak tahu dan itu adalah wilayah Tuhan. Kita harus sadar bahwa kita tidak memiliki kemampuan untuk itu. Dari fakta itu berarti keberadaan kita perlu ada dan mensinkronkan dengan wilayah Tuhan perlu dilakukan sehingga terbentuk alam semesta yang indah.

Kita sebagai masyarakat yang ilmiah mestinya sangat kawatir dengan maraknya aksi kekerasan yang mewabah di banyak wilayah indonesia, bahkan sudah menyentuh di lingkup perguruan tinggi. lebih parah lagi sudah tingkat SMA dan SMP. Pada tangggal 15 okober 2012 dilaksanakan pertemuan Rektor PTN dan Koordinator Kopertis seluruh Indonesia untuk mendeklarasikan Anti Kekerasan. Saya berharap ini ditindaklanjuti dengan serius sehingga bangsa indonesia menjadi bangsa yang besar dan bermartabat.